Metode Penelitian Agenda Setting
Pengertian Agenda Setting
Agenda setting menurut McCombs & Shaw adalah “mass media have the ability to transfer the
salience of items on their news agendas to public agenda” (Griffin, 2010). Pengertian ini
menjelaskan bahwa media massa memang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
bahkan membentuk pola pikir audience yang
terkena terpaan informasinya.
McCombs dan Shaw menerangkan lebih lanjut bahwa media massa
mempunyai kemampuan untuk membuat masyarakat menilai sesuatu yang penting
berdasarkan apa yang disampaikan media, dengan kata lain we judge as important what the media judge as
important.
Kedua ilmuwan ini juga menekankan bahwa bukan berarti mereka
menuduh. Bahwa media selalu dengan sengaja mempengaruhi audience dengan informasi dan
berita yang disampaikan melalui media serta memiliki tujuan tertentu.
Apa yang disampaikan media massa tentunya berpedoman pada kaidah
jurnalistik yang berlaku, terlebih lagi media memiliki para wartawan yang
meliput dan memberitakan informasi sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalisme
mereka. Namun pada hal ini, McCombs dan Shaw menerangkan bahwa apa yang
disampaikan media dianggap sebagai sesuatu yang penting dan patut untuk
dipikirkan oleh masyarakat luas.
Media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu
apa yang mereka pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun
memberi tahu hal dan isu apa yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung
menilai bahwa apa-apa yang disampaikan melalui media massa adalah hal yang
memang layak untuk dijadikan isu bersama dan menjadi cakupan ranah publik.
Dengan begitu, masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting
oleh media adalah hal yang penting juga dan memang harus dipikirkan atau
minimal mempengaruhi persepsi mereka terhadap hal tersebut.
Meski begitu, McCombs dan Shaw tidak menutup pandangan yang
menghargai dan meyakini bahwa audience juga
memiliki kekuatannya sendiri, yaitu dengan hipotesis selective exposure. Hipotesis ini
menjelaskan bahwa manusia cenderung hanya akan melihat dan membaca informasi
serta berita yang sejalan dan tidak mengancam atau bertentangan dengan
kepercayaan yang selama ini mereka miliki dan bangun. Hal ini menunjukkan
kekuatan dan kebebasan manusia dalam memilih, menyortir, dan menerima pesan
yang disampaikan oleh media massa.
Dengan begitu, dapat dilihat bahwa teori agenda setting memiliki keunikan
yang mendukung dua asumsi dasar yang menarik. Yang pertama, teori ini
menyatakan dengan jelas bahwa media massa memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
dan membentuk persepsi masyarakat. Di sisi lain, teori ini juga mendukung
hipotesis bahwa bagaimanapun semuanya kembali lagi kepada individu, dimana
mereka memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka terima.
Contoh yang paling nyata adalah tayangan berita di televisi.
Ketika marak kasus kekerasan seksual pada anak, masyarakat menerima informasi
tersebut sebagai gambaran dari realitas yang terjadi sesungguhnya meski
sebenarnya mereka tidak mengalami langsung.
Informasi ini membuat masyarakat menyadari akan urgensi dari
perkara tersebut dan lebih peka akan indikasi yang mengarah pada kasus itu. Tak
jarang setelah ada satu kasus kekerasan seksual anak yang muncul dari satu
daerah, kasus serupa pun terbongkar dari daerah lain.
Hal ini menunjukkan bahwa media mempengaruhi pola pikir manusia,
termasuk terhadap apa yang dianggap penting dan tidak. Informasi yang diangkat
dalam media membuat manusia menganggap bahwa itu adalah hal yang penting dan
layak untuk diperhatikan. Media dapat membuat apa yang tidak sebelumnya tidak
begitu terlihat menjadi sorotan publik, baik hal itu memang benar-benar penting
atau tidak.
Contoh lainnya adalah fenomena telolet yang cukup ramai beberapa
bulan yang lalu. Berbeda dengan contoh sebelumnya, fenomena ini terjadi melalui
media yang cukup baru yaitu media sosial. Telolet sebenarnya hanya suara
klakson bus antar kota yang khas dan nyaring, namun jadi melejit karena viral di media sosial.
Saking viral-nya,
orang-orang dari luar negeri turut memperlihatkan ketertarikan mereka terhadap
fenomena telolet ini.
Fenomena telolet adalah keceriaan dan kesenangan sederhana yang
tadinya tidak begitu diperhatikan menjadi sesuatu yang besar dan tampak
penting. Sebelum fenomena ini melejit, mungkin kita bahkan tidak peduli dengan
suara klakson bus yang terdengar nyaring itu. Media sosial membuat kita
menganggap bahwa itu adalah sebuah fenomena yang “wah” dan tidak biasa.
Pengaruh terpaan media ini membuat munculnya opini yang beredar
dalam masyarakat dan membentuk opini umum. Mengacu dari contoh sebelumnya,
yaitu berita kekerasan seksual anak yang kemudian menciptakan opini bahwa
kekerasan seksual anak merupakan kasus kejahatan serius. Juga telolet yang
membentuk opini masyarakat sebagai sebuah fenomena besar.
Komentar
Posting Komentar