Metode Penelitian Semiotika
Istilah
Semiotika
Kata Semiotika berasal dari kata Yunani semeon; semeiotikos; penafsir tanda; yang berarti ‘tanda’, ‘sign’ dalam bahasa Inggris. Semiotik ialah ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal, simbol dan sebagainya; dan merupakan suatu ilmu analisis tanda/studi tentang bagaimana sistem penandaaan berfungsi. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari ilmu kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain Semiotika didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.
Kata Semiotika berasal dari kata Yunani semeon; semeiotikos; penafsir tanda; yang berarti ‘tanda’, ‘sign’ dalam bahasa Inggris. Semiotik ialah ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal, simbol dan sebagainya; dan merupakan suatu ilmu analisis tanda/studi tentang bagaimana sistem penandaaan berfungsi. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari ilmu kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain Semiotika didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.
Tokoh-Tokoh Semiotika
Kalau kita telusuri dalam buku-buku semiotik yang ada, hampir sebagian besar menyebutkan bahwa ilmu semiotika bermula dari ilmu linguistik dengan tokohnya Ferdinand De Saussure (1857 - 1913). De Saussure tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik, tetapi juga banyak dirujuk sebagai tokoh semiotik dalam bukunya Course in General Linguistics (1916). Selain itu ada tokoh yang penting dalam semiotik adalah Charles Sanders Peirce (1839 -1914) seorang filsuf Amerika beraliran fragmatis yang dikenal bapak semiotika, Charles Williams Morris (1901 - 1979) yang mengembangkan behaviourist semiotics. Kemudian yang mengembangkan teori-teori semiotik modern adalah Roland Barthes (1915 - 1980), Algirdas Greimas (1917 - 1992), Yuri Lotman (1922 - 1993), Christian Metz (1933 - 1993), Umberco Eco (1932),dan Julia Kristeva (1941). Linguis selain de Saussure yang bekerja dengan semiotics framework adalah Louis Hjlemslev (1899 – 1966) dan Roman Jakobson (1896 - 1982). Dalam ilmu antropologi ada Claude Levi Strauss (1980) dan Jacues Lacan (1901 - 1981) dalam psikoanalisis. Tokoh yang tersebut di atas sebagian besar menggunakan metode strukturalisme, yakni sebuah metode yang telah diacu oleh banyak ahli semiotik, hal itu didasarkan pada model linguistik struktural de Saussure.
Pengertian Semiotika
Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Semieon adalah istilah yang digunakan oleh orang Greek untuk merujuk kepada sains yang mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia. Dari akar kata inilah terbentuknya istilah semiotika, yaitu kajian yang bersifat saintifik yang meneliti sistem perlambangan yang berhubung dengan tanggapan dalam karya yang dihasilkan manusia, namun dalam perkembangnya semiotika tidak hanya digunakan dalam kajian karya dinidang ilmu bahasa tetapi sudah meluas ke bidang keilmuan lain, seperti ilmu hukum, lalu tahun 1980 an dikenal dengan istilah semiotika hukum.
Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda. Semiotik adalah sebuah disiplin ilmu sains umum yang mengkaji sistem perlambangan di setiap bidang kehidupan manusia. Ia bukan saja merangkum sistem bahasa, tetapi juga merangkum lukisan, ukiran, simbol-simbol didalam peradaban manusia/atau lambang-lambang yang dihasilkan oleh manusia, seperti lambang negara, lambang pemerintah daerah atau dalam istilah semiotika termasuk kategori semiotika sosial, bahkan naskah-naskah yang meliputi berbagai bidang keilmuan yang berkembang saat ini.
Semiosis
atau semeiosis adalah proses yang membentuk makna dari ketakutan setiap
organisme dunia melalui tanda-tanda. Para ahli yang telah berbicara tentang
semiosis dalam sub-teori semiotika mereka termasuk CS Peirce, John
Deely, dan Umberto Eco.
Semiotika kognitif menggabungkan metode dan teori-teori yang dikembangkan dalam
disiplin metode kognitif dan teori-teori yang dikembangkan dalam semiotika dan
humaniora, dengan memberikan informasi baru ke dalam arti yang dimengerti
manusia dan manifestasinya dalam praktik-praktik budaya. Penelitian tentang
semiotika kognitif menyatukan semiotika dari linguistik, ilmu kognitif, dan
disiplin terkait pada konsep platform meta-teoretis umum, metode, dan data
bersama.
Semiotika kognitif juga dapat dilihat sebagai studi tentang
makna keputusan dengan menggunakan dan mengintegrasikan metode dan teori-teori
yang dikembangkan dalam ilmu kognitif. Hal ini melibatkan analisis konseptual
dan tekstual serta penyelidikan eksperimental. Semiotika kognitif awalnya
dikembangkan di Pusat Semiotika di Aarhus University (Denmark), dengan hubungan
penting bersama Pusat Fungsional Terpadu Neuroscience (CFIN) di Rumah Sakit
Aarhus. Di antara ahli semiotik kognitif menonjol antara lain Per
Aage Brandt, Svend Østergaard, Peer Bundgård, Frederik Stjernfelt,
Mikkel Wallentin, Kristian Tylén, Riccardo Fusaroli, dan Jordan Zlatev. Zlatev
kemudian dalam kerjasama dengan Göran Sonesson didirikan CCS (Pusat Cognitive
Semiotika) di Universitas Lund,
Swedia.
Komentar
Posting Komentar